Keberadaan Internet of Things (IoT) dalam Pendidikan dan Pembelajaran
Oleh Nurhidayati, S.Kom
Guru TIK SMA N 3 Tegal
Awal tahun 2018 saat era revolusi industri 4.0 mulai digaungkan merupakan revolusi digital yang bercirikan kolabrosi teknologi cyber dengan teknologi otomatisasi. Istilah Revolusi Industri 4.0 mulia dikenalkan secara meluas sekitar tahun 2011 di Jerman oleh sekelompok perwakilan berbagai bidang diantaranya bidang bisnis, akademmis dan politik. Namun ide konseptual tersebut telah diadopsi secara luas oleh industri lain negara-negara di Uni Eropa, dan lebih jauh lagi di Cina, India, dan lainnya. Nama Revolusi Industri 4.0 mengacu pada revolusi industri keempat, dengan tiga yang pertama muncul melalui mekanisasi, kelistrikan, dan Teknologi Informasi.
Saat dunia memasuki era Revolusi Industri 4.0, bersamaan dengan itu tingkat perkembangan industri menjadi begitu pesat dan sangat bergantung terhadap koneksi internet yang berkualitas tinggi. Cakupannya bukan hanya komunikasi, internet pun menjadi kebutuhan pokok untuk menjalankan berbagai industri termasuk dunia pendidikan.
Dari laporan We are Social yang terbaru yaitu
tahun 2020 dijelaskan bahwa terdapat 175,4 juta user internet di Indonesia. Hal ini jika dibandingkan dengan tahun
2019 maka terjadi peningkatan sekitar 17% atau setara dengan 25 juta user internet di negara ini. Dari jumlah
penduduk Indonesia 272,1 juta jiwa, berarti 64% separo penduduk bangsa ini
sudah mengakses ke dunia internet.
Munculnya istilah Internet of things (IoT) yang sangat familiar saat ini yang
diartikan sebagai keadaan dimana hampir seluruh masyarakat terhubung dalam
jaringan internet, memiliki tujuan agar terjadi peningkatan komunikasi antar
manusia juga antar mesin. International Data Corporation (IDC) menyatakan bahwa
diperkirakan tahun 2025 akan terkoneksi sejumlah 40 miliar perangkat Internet of Things (IoT).
Jumlah perangkat IoT tersebut akan menghasilkan kurang lebih 80 zettabytes (ZB) efek dari digitalisasi
industri. Sedangkan riset yang dilakukan oleh Business Insider jumlahnya
lebih fantastis yaitu berkisar 64 miliar perangkat IoT yang akan terkoneksi di
tahun yang sama. Wajah konektivitas dunia akan berubah saat koneksi 5G yang
sedang dikembangkan oleh bangsa-bangsa
yang bergelut di industri teknologi menggantikan koneksi very fast 4G, maka Internet
of Things menjadi sangat dibutuhkan bagi Indonesia agar sumber daya
manusianya bisa tetap bersaing dalam kompetisi global yang makin kompetitif.
Seluruh sektor kehidupan di masyaratkat
termasuk pendidikan ikut terdampak dalam Internet
of Things, bahkan sektor pendidikan adalah salah satu sektor
terpenting yang ikut merasakannya.
Implementasi IoT dalam dunia pendidikan mengalami puncaknya saat pandemi
COVID-19 dimana semua jenjang pendidikan dari tingkat pendidikan dasar hingga
perguruan tinggi melaksanakan pembelajaran daring atau yang kemudian dikenal
dengan istilah Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Terlepas dari begitu gegap gempitanya pelaksanaan proses Pembelajaran
Jarak Jauh selama pandemi COVID-19, tidak sedikit pula dari mereka yang masih
mempertanyakan hal-hal berikut ini, seperti :
§ Persiapan apa saja yang harus dilakukan oleh para pelaku tenaga pendidikan
?
§ Bagaimana Inovasi dalam melakukan Pembelajaran Jarak Jauh ?
§ Adakah perhatian pemerintah terhadap masyarakat menghadapi pembelajaran
jarak jauh ?
§ Bagaimana strategi pemerintah dan masyarakat diera disrupsi COVID-19?
§ Bagaimana mengimplementasikan kebijakan pendidikan terkait penyelenggaraan
pembelajaran jarak jauh secara daring ?
Sejak pertengahan bulan Maret 2019 masyarakat menghadapi pandemi COVID-19 terjadi perubahan pola interaksi dan kegiatan masyarakat secara drastis. Semua kegiatan dibidang bisnis, pendidikan bahkan pemerintahan sebagian berhenti atau kalaupun masih berjalan dan dilakukan di rumah (WFH = Work From Home) keberadaan teknologi informasi mutlak sangat diperlukan dan harus mengoptimalkan peranannya.
Perubahan secara drastis atau disrupsi akibat
pandemi COVID-19 ini telah memberikan dampak kepada masyarakat, pelaku bisnis,
dan pemerintah untuk berpikir dan segera melakukan berbagai inovasi. Inovasi
dilakukan seperti sistem pembelajaran jarak jauh, pelayanan publik, penggunaan
video converence, pengembangan telemidicine,
pemakaian web meeting, bahkan persidangan semua
dilakukan secara daring.
Pandemi memaksa semua untuk selalu berinovasi
menyusun strategi ditengah keterbatasan agar bisa segera bangkit dan
pembelajaran harus selalu dilakukan
walaupun tetap memperhatikan protokol kesehatan yang selalu disosialisasikan
pemerintah atau dengan sebutan New Normal
atau Kebiasaan Baru.
Data statistik Worldometers menyatakan hingga
saat ini (update Agustus 2020)
tercatat 215 negara terdampak COVID-19. Pembelajaran Jarak Jauh online
tetap menjadi alternatif terbaik yang dilakukan saat pandemi
mengingat resiko yang akan terjadi mengancam masyarakat Indonesia. Apa yang
dapat dilakukan agar hak pendidikan yang
merupakan kewajiban negara bisa tetap dilaksanakan namun kesehatan mereka terjaga
? tentu saja skenario utama adalah memastikam layanan pendidikan tetap berjalan
dengan menjalankan Pembelaran Jarak Jauh secara online.
Sejumlah alasan mendasar dan prinsip sehingga
semua jenjang pendidikan melakukan proses Pembelajaran Jarak Jauh secara online. Meskipun tidak dapat disangkal
metode ini belum bisa berjalan secara optimal, Pembelajaran Jarak Jauh secara online merupakan pilihan terbaik dari yang terburuk
karena cara ini tidak melibatkan tatap muka dan kontak secara langsung sehingga
kesehatan peserta didik tetap terjaga.
Saat ini, aktivitas sekolah sangat dipengaruhi oleh informasi dan
teknologi. Terjadi disrupsi yang sangat hebat di bidang pendidikan. Sekarang
peran guru bukanlah satu-satunya sumber ilmu pengetahuan, peran guru dan
kehadiran di kelas sangat membutuhkan inovasi dan kreativitas tinggi.
Era revolusi industri 4.0 menjadi tantangan tersendiri bagi dunia
pendidikan Indonesia. Apabila para pendidik tidak mengubah cara proses
pembelajaran maka mereka akan kehilangan peran sejalan dengan pesatnya
perkembangan teknologi. Hal ini bisa teratasi apabila kompetensi pendidik
selalu berinovasi dan berekplorasi.
Abad ke-21 sebagai abad globalisasi, hal ini berarti kehidupan abad 21
mengalami perubahan - perubahan mendasar yang sangat berbeda dengan tata
kehidupan sebelumnya. Menurut Trilling and Fadel (2009), Perubahan yang terjadi
pada abad ke-21 adalah :
a)
dunia yang kecil, karena
dihubungkan oleh teknologi dan transportasi
b)
pertumbuhan yang cepat
untuk layanan teknologi dan media informasi
c)
pertumbuhan ekonomi global
yang mempengaruhi perubahan pekerjaan dan pendapatan
d) menekankan pada pengelolaan sumberdaya air, makanan dan energi
e)
kerjasama dalam penanganan
pengelolaan lingkungan
f)
peningkatan keamanan
terhadap privasi, keamanan dan teroris
g)
kebutuhan ekonomi untuk
berkompetisi pada persaingan global
Abad ke-21 juga dikenal dengan masa
pengetahuan (knowledge age), dalam
era ini, semua alternatif upaya pemenuhan kebutuhan hidup dalam berbagai konteks lebih
berbasis pengetahuan. Upaya pemenuhan kebutuhan bidang pendidikan berbasis
pengetahuan (knowledge based education),
pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge
based economic), pengembangan dan pemberdayaan masyarakat berbasis
pengetahuan (knowledge based social
empowering), dan pengembangan dalam bidang industri pun berbasis
pengetahuan (knowledge based industry)
(Mukhadis, 2013).
Selanjutnya Wijaya dkk
(2016) menjelaskan tuntutan perubahan mindset
manusia abad 21 menuntut pula suatu perubahan yang sangat besar dalam
pendidikan nasional. Namun perubahan ini merupakan sebuah keharusan jika kita
tidak ingin terlindas oleh perubahan global.
P21 (Partnership for 21st Century Learning) mengembangkan framework pembelajaran di abad 21 yang
menuntut peserta didik untuk memiliki keterampilan, pengetahuan dan kemampuan
dibidang teknologi, media dan informasi, keterampilan pembelajaran dan inovasi
serta keterampilan hidup dan karir (P21, 2015). Framework ini juga menjelaskan tentang keterampilan, pengetahuan
dan keahlian yang harus dikuasai agar peserta didik dapat sukses
dalam kehidupan dan pekerjaannya (Wijaya dkk dalam Trilling et.al., 2009)
Adapun penjelasan mengenai framework pembelajaran abad ke-21
menurut (BSNP:2010) adalah sebagai berikut:
a) Kemampuan berpikir kritis dan
pemecahan masalah (Critical-Thinking and Problem-Solving Skills), mampu
berfikir secara kritis, lateral, dan sistemik, terutama dalam konteks pemecahan
masalah;
b) Kemampuan berkomunikasi dan
bekerjasama (Communication and Collaboration Skills), mampu berkomunikasi dan
berkolaborasi secara efektif dengan berbagai pihak;
c) Kemampuan berpikir kritis dan
pemecahan masalah (Critical-Thinking and Problem-Solving Skills), mampu
berfikir secara kritis, lateral, dan sistemik, terutama dalam konteks
pemecahan masalah;
d) Kemampuan berkomunikasi dan
bekerjasama (Communication and Collaboration Skills), mampu berkomunikasi dan
berkolaborasi secara efektif dengan berbagai pihak;
e) Kemampuan mencipta dan membaharui
(Creativity and Innovation Skills), mampu mengembangkan kreativitas yang
dimilikinya untuk menghasilkan berbagai terobosan yang inovatif;
f) Literasi teknologi informasi dan
komunikasi (Information and Communications Technology Literacy), mampu
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan kinerja dan
aktivitas sehari-hari;
g) Kemampuan belajar kontekstual
(Contextual Learning Skills) , mampu menjalani aktivitas pembelajaran mandiri
yang kontekstual sebagai bagian dari pengembangan pribadi, dan
h) Kemampuan informasi dan literasi
media s, mampu memahami dan menggunakan berbagai media komunikasi untuk
menyampaikan beragam gagasan dan melaksanakan aktivitas kolaborasi serta
interaksi dengan beragam pihak.
Gambar 2. Pergeseran Paradigma Belajar Abad ke 21
Dalam menghadapi pergeseran paradigma belajar abad 21 ini, setiap orang
harus mempunyai keterampilan dalam berpikir kritis dan mampu menguasai
teknologi informasi dan komunikasi, juga pengetahuan dan kemampuan literasi
digital.
Sumber Rujukan :
Mukhadis, Amat. 2013. Sosok Manusia Indonesia Unggul dan
Berkarakter dalam Bidang Teknologi Sebagai Tuntutan Hidup di Era
Globalisasi.(online),
(http://journal.uny.ac.id/index.php/jpka/article/view/1434), diakses tanggal 11
September 2020.
Trilling, Bernie and Fadel, Charles. 2009. 21st Century Skills:
Learning for Life in Our Times.
Wijaya, Etistika Yuni, Dwi Agus Sudjimat, Amat Nyoto. 2016. Transformasi
Pendidikan Abad 21 sebagai Tuntutan Pengembangan Sumber Daya Manusia di Era
Global. Prosiding Seminar Pendidikan Matematika 2016 - Universitas
Kanjuruhan Malang. Volume 1. ISSN 2528-2529X
Komentar
Posting Komentar