Typing Master Tingkatkan Kemampuan Mengetik 10 Jari
Oleh Nurhidayati, S.Kom
Guru TIK SMA N 3 Tegal
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang diterapkan
oleh pemerintah untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang
telah berlaku selama kurang lebih 7 tahun. Kurikulum 2013 masuk dalam masa
percobaan di tahun 2013 dengan menjadikan beberapa sekolah menjadi sekolah
percontohan (Pilot Project). Tahun
pelajaran 2014/2015, kurikulum 2013
sudah diterapkan di kelas X dan XI pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA).
Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek penilaian, yaitu
aspek pengetahuan, aspek keterampilan, serta aspek sikap dan perilaku.
Kurikulum 2013 materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan materi
yang ditambahkan bahkan ada materi yang dihilangkan tetapi diganti sistem pembelajarannya.
Mata Pelajaran TIK merupakan salah satu
materi yang dihilangkan dalam pembelajaran dan diganti sistem pembelajarannya
melalui layanan bimbingan teknologi informasi dan komunikasi.
Permendikbud nomor 68 tahun 2014 tentang peran guru TIK
dan KKPI dalam implementasi Kurikulum 2013 telah direvisi dengan Permendikbud
nomor 45 tahun 2015 sehingga peran guru TIK dan KKPI mendapat kesempatan untuk
bertatap muka dengan peserta didik. Peserta didik hanya mendapat kesempatan tatap muka 1 X 1 jam
pelajaran (45 menit) per minggu sehingga
membutuhkan bantuan dari guru teknologi
informasi dan komunikasi menciptakan ide-ide baru agar peserta didik memiliki
keterampilan (skill) yang nantinya
dapat bermanfaat pada mereka.
Transformasi menuju sekolah bermutu di Indonesia harus
segera dilakukan dengan cara mengadopsi paradigma baru pendidikan untuk
membentuk kualitas manusia yang dibutuhkan oleh Bangsa Indonesia pada masa yang
akan datang agar terampil menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan
bangsa lain di dunia. Kualitas manusia Indonesia tersebut diselenggarakan
melalui pendidikan yang bermutu. Standar proses pendidikan merupakan standar
nasioal pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu
satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan (Peraturan
Pemerintah No. 19 tahun 2005 Bab 1 Pasal 1 ayat 6). Standar proses pendidikan
mempunyai fungsi untuk guru guna mencapai tujuan pendidikan, guru sebagai ujung
tombak pelaksanaan pendidikan di lapangan sangat menentukan keberhasilannya.
Bagaimanapun idealnya suatu kurikulum tanpa diikuti oleh keterampilan guru
dalam mengimplementasikannya dalam kegiatan proses pendidikan, maka kurikulum
itu tidak akan memiliki makna.
Seorang pendidik harus memiliki kemampuan untuk
mengadakan variasi dalam proses pembelajaran dan meningkatkan pembelajaran
bermutu, pembelajaran yang monoton harus di ubah dengan pembelajaran yang
menyenangkan apalagi bagi guru layanan bimbingan TIK yang proses
pembelajarannya seakan-akan peserta
didik tidak membutuhkan, sehingga guru harus mampu agar peserta didiknya
tertarik dengan materi pembelajaran yang diberikan dan diarahkan pada
penguasaan keahlian terapan tertentu dengan menitik beratkan pada keterampilan,
Pembelajaran yang menyenangkan mempunyai pengaruh besar
dalam membentuk keterampilan peserta didik diantaranya membentuk keterampilan
peserta didik dalam kompetensi mengetik
10 jari. Kompetensi ini merupakan salah satu kompetensi yang diberikan kepada
peserta didik, dengan harapan
keterampilan mengetik 10 jari ini dapat menjadi bekal setelah peserta
didik melanjutkan kuliah atau peserta didik yang bekerja di kantor-kantor.
Menurut Wirodihardjo, dkk
(1993:5), mengetik adalah pengetahuan dan keterampilan teknik yang harus
dipelajari dan dilatih, sebab tanpa disertai pengetahuan dan keterampilan
teknik tidak akan diperoleh hasil pekerjaan yang memuaskan. Berdasarkan
pengertian mengetik menurut para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa mengetik
adalah pekerjaan yang berupa keterampilan dimana harus dipelajari dan dilatih
untuk digunakan pada semua bidang. Mengetik yang baik yakni mengetik dengan 10
jari yang diletakkan di atas tuts. Menurut Djanewar (1995:27), penempatan
jari-jari pada tutus sesuai dengan fungsinya baik jari kanan maupun jari kiri
harus digunakan. Hal ini tidak lain untuk mencapai
efisien kerja dan menghemat waktu. Pendapat ini diperkuat oleh Setiawan
(1994:47) yakni untuk dapat mengetik
dengan cepat perlu menggunakan sistem mengetik dengan 10 jari buta, karena
sistem ini adalah sistem yang terbaik yang selalu digunakan dalan mengetik
cepat.
Menurut Marimin, dkk (2012:1) mengetik ada pada semua
bidang, baik itu dalam organisasi swasta, organisasi pemerintah atau organisasi
kepartaian maupun organisasi lain. Mengetik dengan sistem 10 jari mengharuskan
tiap-tiap jari melakukan hentakan sesuai dengan tugasnya masing-masing. Sebelum
melakukan hentakan, jari-jari terletak pada tuts basis sedangkan
gerakan-gerakan selanjutnya adalah menghentakan tuts yang dikehendaki selalu
dilakukan dari basisnya. Pandangan mata juga harus selalu tertuju pada teks atau
naskah yang akan di ketik.
Penguasaan
kecepatan mengetik peserta didik dapat
diperoleh melalui proses pembelajaran yang diberikan secara
bertahap. Slameto (2003:54) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja
yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor internal yakni faktor yang ada
dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor
yang ada di
luar individu.
Fasilitas belajar merupakan satu dari beberapa faktor
eksternal yang ada dan berpengaruh dalam pembelajaran, hal ini karena proses
pembelajaran tentu tidak terlepas dari fasilitas yang mendukung kelancaran
dalam kegiatan pembelajaran. Penyediaan fasilitas yang memadai akan mendukung
semangat peserta didik dalam belajar,
dalam hal ini
penggunaan fasilitas yang
optimal akan meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman peserta didik dalam
kecepatan mengetik. Peserta
didik akan mudah memahami pelajaran
ketika fasilitas yang memadai dan
dalam kondisi yang
baik. Hal ini sesuai
dengan pendapat Dimyati
dan Mudjiono (2006:249) yang menyatakan bahwa
lengkapnya sarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran selalu dalam keadaan baik
apabila peserta didik memelihara
kedisiplinan dalam ikut serta dan berperan aktif dalam menjaga fasilitas yang
telah disediakan. Ketersediaan fasilitas belajar juga diduga mempengaruhi
efektivitas pembelajaran oleh guru.
Faktor internal yang juga berpengaruh dalam proses
pembelajaran peserta didik yaitu disiplin dan motivasi belajar. Hal ini
diperkuat oleh Avif Roy Rahman (2013) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh
Motivasi, Lingkungan dan Disiplin terhadap Prestasi Belajar Peserta didik pada
Jurusan Teknik Audio Video SMK Negeri 3 Yogyakarta menyatakan bahwa disiplin
memberikan sumbangan sebesar 44,61% dan
motivasi memberikan sumbangan efektif sebesar 5,44% terhadap prestasi belajar.
Prestasi belajar diduga akan sama apabila dikaitkan dengan kecepatan mengetik peserta didik.
Penelitian Avif menunjukkan bahwa faktor internal berupa motivasi dan disiplin
berpengaruh terhadap prestasi belajar dimana prestasi belajar tersebut tidak
terlepas dalam proses pembelajaran peserta didik. Disiplin belajar adalah satu
dari beberapa faktor internal yang berpengaruh dalam proses pembelajaran.
Proses pembelajaran akan berlangsung tertib apabila peserta
didik disiplin mematuhi segala aturan yang dibuat guru di dalam kelas atau
pembelajaran, tanpa disiplin yang baik maka suasana kegiatan pembelajaran dalam
kelas menjadi kurang kondusif, keadaan kelas yang kurang kondusif akan
menyebabkan konsentrasi peserta didik terganggu dalam menerima materi
pelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa disiplin memberikan peran positif dalam
memberi dukungan agar kelas tetap tenang dan tertib selama proses pembelajaran.
Disiplin peserta didik dalam pembelajaran mengetik yaitu ketika peserta didik mampu
mematuhi tata tertib selama proses pembelajaran, maka pemberian materi
pembelajaran akan lebih maksimal sehingga peserta didik akan lebih mudah
memahami serta meningkatkan kemampuan dalam kecepatan mengetik.
Proses pembelajaran juga tidak terlepas dari motivasi peserta
didik. Motivasi merupakan faktor internal peserta didik yang berpengaruh dalam
hasil yang akan diraih peserta didik dalam pembelajarannya. Sardiman (2011:74)
berpendapat bahwa motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi
yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala
kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan
sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan, atau keinginan.
Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa peserta didik akan terpacu untuk belajar
lebih giat ketika memiliki motivasi yang kuat dari dalam dirinya. Dorongan
motivasi dalam diri peserta didik akan menjadikan peserta didik berkeinginan
untuk mempelajari materi, dengan demikian diharapkan peserta didik dapat
mencapai standar ketuntasan kecepatan mengetik yang telah ditetapkan.
Sudjana
(2010: 17) mendefinisikan keterampilan sebagai suatu pola kegiatan yang
bertujuan, yang memerlukan manipulasi dan koordinasi informasi yang
dipelajari. Keterampilan tersebut bergerak dari yang sangat sederhana sampai ke yang
sangat kompleks.
Terdapat dua
jenis keterampilan yang dikemukakan oleh Sudjana (2010: 17) yaitu keterampilan
psikomotorik dan keterampilan intelektual. Keterampilan psikomotorik contohnya yaitu menari,
memainkan alat musik, bernyanyi dan lain sebagainya, sedangkan keterampilan secara
intelektual yaitu memecahkan soal hitungan, melakukan penelitian, membuat
kesimpulan dan lain sebagainya. Definisi di atas menunjukkan bahwa keterampilan
merupakan pola kegiatan yang memerlukan suatu tahapan proses untuk mencapai kemahiran atau
terampil dari yang sangat sederhana sampai terampil bergerak yang sangat
kompleks. Terampil yang sangat kompleks tersebut bisa dikatakan keterampilan
yang sempurna karena jarang dan bahkan tidak dijumpai lagi kesalahan
dalam belajar keterampilan. Belajar keterampilan tersebut seseorang akan bisa
terampil secara intelektual maupun terampil secara psikomotoriknya.
Menurut
Arsyad (2014), Typing Master merupakan sebuah software aplikasi komputer yang mempunyai fungsi sangat bermanfaat karena dapat melatih
seseorang untuk mengetik dengan 10 jari tanpa
harus melihat keyboard. Aplikasi typing master dilengkapi
dengan berbagai permainan untuk meningkatkan kecepatan mengetik di setiap sesi
pelajaran. Aplikasi ini dapat melatih kemampuan mengetik dengan teks atau
dokumen yang telah disediakan. Pertama kali menjalankan Typing Master pengguna
akan diminta untuk memasukkan nama sebagai account baru. Seterusnya seluruh
kegiatan latihan akan dinilai dan diukur tingkat kemajuannya untuk mengatur jenis
latihan hingga akhirnya mencapai target final lancar mengetik dengan 10 jari.
Program Typing Master juga memiliki fasilitas drill
and practice yang dapat digunakan dengan asumsi bahwa suatu
konsep, aturan atau kaidah atau prosedur telah diajarkan kepada peserta
didik. Program ini menuntun peserta didik dengan serangkaian contoh untuk meningkatkan
kemahiran menggunakan keterampilan.
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan keterampilan mengetik 10 jari
yaitu dengan penerapan metode drill melalui typing master.
Penerapan metode drill melalui typing master ini akan lebih
mendorong peserta didik meningkatkan kebiasaan penerapan 10 jari pada saat
mengetik, pengerjaan soal mampu disesuaikan dengan kondisi peserta didik,
serta peserta didik lebih aktif dalam mengerjakan soal latihan yang diberikan
guru sehingga peserta didik akan lebih terampil dalam mengetik 10 jari.
Typing master dapat
diterapkan untuk meningkatkan keterampilan mengetik sepuluh jari pada peserta
didik. Hasil typing test siklus 1 untuk kecepatan
mengetik ≥ 125 kpm sebanyak 17 peserta didik (51,52%), untuk ketepatan
mengetik ≥ 95% sebanyak 11 peserta didik
(33,33%). Hasil typing test siklus 2
untuk kecepatan mengetik ≥ 125 kpm sebanyak 29 peserta didik (87,88%), untuk
ketepatan mengetik ≥ 95% sebanyak 27 peserta didik (81,82%) .
Penggunaan aplikasi
lain yang baru, sesuai dengan perkembangan teknologi yang lebih menarik agar diperoleh hasil yang
lebih optimal dalam mendisiplinkan penerapan sistem 10 jari pada saat peserta
didik mengetik naskah sehingga mendukung peningkatan keterampilan mengetik 10
jari peserta didik menjadi lebih mahir.
Sumber Rujukan :
1.
Arsyad,
Azhar. 2014. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
2.
Avif
Roy Rahman. 2013. Pengaruh Motivasi Lingkungan.“ dan Disiplin
terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Jurusan Teknik Audio Video SMK
Negeri 3 Yogyakarta”.
Yogyakarta: Jurnal . Universitas.
3.
Djanewar
dan Sudarmin. 1999. Mengetik SMK Jilid I. Jakarta: Armico.
4.
Marimin,
Sularso Mulyono, dan Agung Kuswantoro. 2012. Keyboarding dengan sistem
10 jari.Semarang: Unnes Press.
5.
Sardiman,
A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali
Pers.
6.
Setiawan,
Iwan. 1994. Pengetahuan Mengetik SMK. Bandung : CV Armico.
7.
Sudjana,
Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
8.
Wirodihardjo,dkk.
1993. Belajar Mengetik Sendiri Sistem Buta 10 Jari. Semarang: Media
Wiyata.
Komentar
Posting Komentar